Select Chapters:

Monday, April 18, 2005

Detektif Theo Season 2 File 1

Detektif Theo
Season 2

1.
Light Phantom 77


Gedung Perusahaan Xvp Diamond…
“Jadi begini, Permata Xvp yang pertama, Xvp Red ,dan permata yang kedua, Xvp Blue, telah dicuri. Si pencuri berhasil memecahkan kode pengaman dan menerobos masuk penjagaan dalam waktu yang singkat. Sekarang si pencuri meninggalkan pesan yang mengatakan bahwa permata yang ketiga, Xvp Yellow akan dia curi juga! Benar begitu?“
“Ya, benar sekali!“ kata Inspektur Sato.
“Permata Xvp Yellow sekarang sedang dipamerkan di atas kapal pesiar, St. Martine, di Pelabuhan Oktav. Si pencuri akan mengambil permata itu tepat jam 12 malam, atau dengan kata lain 4 jam dari sekarang,“ jelas Detektif Shiratori, Kepala Detektif Kepolisian Swasta.
“Baiklah, kalau begitu, mari kita segera ke sana! Kau sudah menempatkan orang-orang kamu di sana?“
“Oh, Tanaka, sewaktu kami menunggu kedatanganmu, saya sudah menyuruh beberapa orang saya untuk menunggu di sana!“ jawab Inspektur Sato.
“Bagus!“
Merekapun berangkat ke Pelabuhan Oktav.
Sebuah kapal pesiar yang megah berlabuh di Pelabuhan Oktav.
“Cucu pemilik Permata Xvp Yellow, Megisa Satasiu sedang mengadakan pameran permata-permata di sana,“ kata Shiratori.
“Apakah mereka sudah tahu bahwa Permata Xvp Yellow telah diincar seperti kedua permata lainnya?“
“Ya, kami sudah berusaha menjelaskan hal itu kepada cucu pemilik permata itu, tetapi …“

“Oh, begitu? Jadi, kedua Permata Xvp lainnya telah dicuri. Kakak-kakakku memang payah!“ kata cucu pemilik Permata Xvp, Megisa Satasiu.
“Dan nona, sekarang ini si pencuri sedang mengincar permata yang milik anda itu. Si pencuri meninggalkan pesan bahwa dia akan mencurinya tepat jam 12 malam nanti,“
“Oh, menarik sekali! Benar-benar seorang pencuri pemberani yang penuh dengan keyakinan. Tapi aku tidak takut! Akan kutunjukkan kalau aku tidak sepayah kedua kakakku. Aku akan mengadakan pameran di atas Kapal Martine. Kita lihat saja bagaimana si pencuri akan mengambil permata yang aku pegang dengan tanganku ini sendiri. Kalian, polisi-polisi, lakukanlah apa yang kalian akan lakukan dengan baik!“

“Hm, baiklah, kalau begitu kita lakukan saja apa yang akan kita lakukan ini, Inspektur Sato!“
“Tanaka!?“
Mereka berjalan masuk ke dalam Kapal St. Martine itu. Megisa Satasiu, cucu pemilik Permata Xvp Yellow, terlihat sedang makan sambil berbincang-bincang dengan beberapa tamunya. Inspektur Sato mulai mengatur posisi orang-orangnya untuk berjaga-jaga. Hiko berdiri dengan tenang sambil memperhatikan Megisa.
“Tanaka, semua sudah siap! Dua setengah jam lagi sampai jam 12,“ kata Inspektur Sato.
“Baiklah, sekarang mari kita nikmati saja pesta ini sambil menunggu kedatangan dia!“
Jam 11.58 malam…
“Bagaimana? Sudah ada tanda-tanda?“
“Belum, 2 menit lagi, Tanaka,” kata Inspektur Sato.
JTANG!
Sesaat semua lampu mati. Ruangan gelap gulita.
JGREK! PTLAURG! JGREK!
JTANG!
Lalu semua lampu menyala kembali.
“KYAAAAAAAaaaa… Permata Xvp Yellowku hilang!!! Tidak! Tidak mungkin!!! Tepat sebelum lampu mati aku masih melihatnya di depan mataku sendiri! Dan tiba-tiba saja menghilang begitu saja!“ teriak Megisa. Mukanya menjadi semakin merah.
“Jangan bergerak! Nona berambut pirang yang memakai jaket merah muda di samping pintu utama!“ teriak Hiko padanya.
Semua terkejut, terutama nona itu sendiri. Dengan pelan dan ragu-ragu, dia membalikkan badannya.
“Kenapa?“ tanyanya terkejut.
“Hm, kenapa yah? Bukankah kau pencurinya?“
“A , apa? Enak saja kau menuduh orang sembarangan! Mana mungkin aku yang mencurinya! Dari tadi aku sedang berdiri di sini saja!“ teriaknya.
“Oh, ya? Kalau begitu, bisakah kau menjelaskan ada berapa suara yang kau dengar tadi sesaat ketika semua lampu padam?“
“Bisa...! Tentu saja bisa! Ada suara lampu mati jegrekan, suara entah apa itu, jegrekan lagi, lalu suara lampu menyala! Nah!“ katanya sambil mulai mengendalikan dirinya menjadi lebih tenang.
“Eng..., Tanaka, bagaimana bisa dia yang melakukannya? Bisakah kau menjelaskan itu?“ tanya Inspektur Sato bingung.
“Oh, tentu saja! Tapi, bukan aku yang akan menjelaskannya. Melainkan, Nona Megisalah yang akan menjelaskannya! Nah, Nona Megisa, bisakah kau mengingat kembali suara-suara yang tadi kau dengar sewaktu keadaan tiba-tiba saja menjadi gelap?“
“Ya, kenapa tidak? Ada suara lampu mati sekali, lalu suara jegrekan, lalu suara cemplungan air, dan kemudian suara jegrekan itu lagi, dan kemudian suara lampu menyala,“ katanya sambil sedikit terisak.
CTAK!
Hiko tersenyum.
“Oh, ya? Suara cemplungan air yah?“
“Eh!?“
“Yup, seperti yang kita semua dengar, suara yang kita dengar tadi, sesaat pada saat semua lampu padam, adalah suara lampu mati dan menyala kembali, 2 kali suara jegrekan, dan suara yang seperti tadi dikatakan nona berambut pirang itu, suara entah apa! Namun, kenapa kau bisa mengatakan itu suara cemplungan air, Nona Megisa?“
Nona Megisa diam tak bergerak.
Sesaat kemudian dia berkata, “Aku hanya menebak-nebak saja kok! Ternyata benar!”
“Ternyata benar? Loh, siapa yang bilang bahwa ternyata kamu benar?”
Nona Megisa tidak dapat menjawab apa-apa.
Hiko kemudian mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke dalam sebuah kolam kecil di kapal itu.
CEMPLUNG!
“Nah, saudara-saudara semua, Nona Megisa, begitulah bunyi suara cemplungan air yang gampang dikenali orang banyak. Namun, suara tadi terdengar sedikit aneh dan tidak wajar bukan? Lalu, bagaimana kau bisa tahu suara apa itu, Nona Megisa?”
Nona Megisa kembali berdiam saja. Mukanya sangat pucat.
“Sebab sebenarnya, permata yang hilang itu tidak lain adalah karena dicuri kamu sendiri. Saat lampu padam, kau mengambil permata itu dan melemparkannya ke dalam kendi berisi air tadi. Suaranya terdengar aneh karena suara cemplungan air itu bercampur dengan suara benturan permata itu dengan kendi. Iya, kan?“
“Ah, tidak! Mana mungkin aku yang melakukan hal itu pada permata milikku sendiri?“ bantahnya.
“Hal itu aku mengetahuinya dari cat kukumu yang terlepas dan sekarang menempel pada tempat permata itu diletakkan! Hahaa... kesalahan amateur bukan? Dan kalau kau masih tidak percaya juga, Inspektur Sato, silahkan periksa kendi itu!“
“Baiklah!“ kata Inspektur Sato sambil berjalan menuju kendi itu dan … “Ada!“
Sesaat semua hening dan menatap ke arah Nona Megisa.
“Sial! Apa yang kurang kali ini, ya? Baiklah kali ini kau menang, detektif cilik! Kau boleh mengambil permata ketiga itu! Kuakui kemampuanmu! Sebagai gantinya, kukembalikan pula permata pertama dan kedua! Keduanya berada di sebuah kotak tua di samping pintu masuk pelabuhan ini!“ kata Megisa tenang.
“Hm, oke-oke, kalau saja waktu itu kau tidak mengelabui kami dengan tangisanmu itu, kau pasti bisa mendengar jawaban dari nona berambut pirang itu. Tapi, kau terlalu yakin pada dirimu sendiri sehingga, ya, begitulah hasilnya, senjata makan tuan,“
“Ah , begitu, toh! Sial!“
“Dan Megisa yang asli serta identitasmu yang sebenarnya?“
Keheningan masih berlanjut, semua menatap ke arah Hiko dan kemudian ke arah Nona Megisa.
“Ah, hahaa... Kau tahu juga soal itu, ya?“
“Ya, aku pernah baca di koran kalau Megisa itu seorang perokok yang sangat berat. Namun, sampai saat ini, telah lebih dari 4 jam, kau tidak merokok sama sekali,“
“Cerdik, cerdik sekali! Megisa yang asli ada di gudang pakaian samping dek kapal! Identitasku, aku pikir kau tidak perlu tahu dulu! Tapi, aku dikenal orang banyak dengan sebutan LP 77, Light Phantom 77! Aku pikir kau pasti pernah mendengar sebutan itu bukan?“
“Light Phantom 77? Ya, ya, ya, kenapa tidak? Pencuri misterius yang selalu mengincar permata dan barang antik lainnya dengan menyamar sebagai orang lain! Kemampuan menyamar yang sangat tinggi dan sampai sekarang belum ada orang yang berhasil menangkap identitas kamu yang sebenarnya. Cih! Bagaimana mungkin aku bisa tidak tahu?“
“Ya, aku memang terkenal! Hahaaa.. Kalau begitu, seperti biasa, aku pergi dulu, yah! Ciao!“
“Huh! Kau pikir aku akan membiarkanmu pergi begitu saja, hah?“ tanya Hiko sambil tersenyum.
“Yah, meskipun kau tidak mau, kau tetap saja tidak akan bisa menghentikan aku untuk pergi! Kau, Theo itu, kan ? Hm, kurasa kita akan bertemu lagi, ya! Ciau!“ jawabnya .
“Oh, ya?“
JTANG! JTANG!
Sesaat semua lampu mati dan sedetik kemudian menyala kembali. Lalu, Nona Megisa sudah menghilang bagaikan asap hitam yang tertiup angin topan.
“Sial! Periksa semua tempat! Kemungkinan besar dia masih ada di kapal ini!“ teriak Inspektur Sato.
“Tidak, itu tidak mungkin! Dia pasti sudah meninggalkan kapal ini, tidak, mungkin saja dia sudah pergi meninggalkan pelabuhan ini,“ kata Hiko.
“Hah!? Apa? Bagaimana itu mungkin?“
“Sudahlah, yang penting semua permata telah kembali! Uah, aku sudah capek, nih! Besok aku sekolah pula, aku pulang dulu, ya! Yoo…“
“Ah, Tanaka!“ panggil Inspektur Sato.
“Apa?“
“Terima kasih, ya! Berkat kamu, kasus ini selesai kembali!“
“Ya! ‘Kan sudah kukatakan dari dulu, kalau ada apa-apa, panggil saja aku, tidak usah sungkan-sungkan pula! Sebab tidak ada yang tidak dapat diselesaikan oleh Detektif Theo ini! Hehe... Yoo…“

No comments: